Doa, Hak Istimewa (dari Tuhan untuk) Kita

Dik!

Aku tau (dan juga kau tau itu), berdoa tidaklah mudah - berdoa dalam arti sesungguhnya: bertemu dan berbicara dengan Tuhan, dan Tuhan berbicara kepada kita.

Akan tetapi, mestinya itu tidak membuat kita enggan atau malas berdoa. Atau malah, bergantung pada doa orang lain! Bisa ….. ? Dapat dan sering terjadi.

Ketika seseorang datang mengaku hamba Tuhan kepada seorang anggota jemaat dan menawarkan diri mendoakannya - maka jemaat tersebut akan menyambut dengan terbuka dan berterima kasih. Dengan penuh harap, ia menerima doa yang dinaikkan hamba Tuhan tersebut bagi dirinya. Tentu jemaat tersebut akan berusaha beriman terhadap doa hamba Tuhan itu agar dikabulkan Tuhan.

Maka tidak jarang seorang dan jemaat membeberkan berbagai masalah dan kebutuhan yang menjadi pergumulannya untuk didoakan, agar dapat diselesaikan dan kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi.

Banyak orang Kristen beranggapan bahwa para hamba Tuhan dapat menjadi mediator antara umat dan Tuhan. Mereka dapat menjadi alat membujuk Tuhan atau memiliki akses langsung kepada-Nya. Doanya pasti lebih cespleng.

Kenyataannya, tidak sedikit hamba Tuhan sengaja mengesankan bahwa dininya lebih istimewa—”lebih sakti”—dibanding manusia lain, bahwa dirinya memiliki nomor handphone khusus Tuhan. Di dunia yang penuh masalah hari ini orang-orang yang mengaku hamba Tuhan dan berani menawarkan “jasa doa”nya menjadi laku di pasaran. Biasanya mereka menamakan diri sebagai “pendoa syafaat”, “pelihat”, “memiliki karunia bernubuat”, dan lain sebagainya.

Fenomena ini harus ditenggarai sebagai suatu hal yang membahayakan iman murni yang seharusnya kita miliki anak-anak Tuhan.

‘Dik!

Ini dikemukakan bukan berarti sudah tidak diperlukan lagi doa seorang hamba Tuhan. Tetapi agar anak-anak Tuhan mulai dewasa dan belajar menemukan Tuhan dalam kehidupannya – melalui doa dan Firmannya. Kalau orang-orang Kristen yang telah lama ikut Tuhan masih “dirawat” dengan praktik seperti itu, pertumbuhan imannya akan rusak, sebab imannya bukan ditujukan kepada Tuhan, tetapi ditujukan kepada doa hamba Tuhan tersebut.

Marilah kita mengenal Tuhan dan belajar mengerti bagaimana bergaul secara akrab dengan-Nya. Dalam proses pertumbuhan yang benar, kita tidak tergantung dan orang lain, tetapi tergantung pada Tuhan.

Anak-anak Tuhan yang bertumbuh tidak membutuhkan perantara doa. Ini bukan berarti kita tidak membutuhkan doa orang lain sama sekali. Alkitab mengajarkan bahwa saling mendoakan adalah keharusan bagi sesama anak Tuhan. Tetapi bergantung kepada doa orang lain, seolah-olah doa orang lain lebih didengar oleh Tuhan, adalah salah. Tuhan tidak diskriminatif. Ia adalah Bapa bagi semua orang yang menjadi anak-anak-Nya. Tuhan tidak memandang muka (1 Ptr. 1:17). Ia membuka diri bagi setiap orang yang mencari-Nya dengan sungguh-sungguh. Doa adalah privilege atau hak istimewa kita datang sendiri “menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh” dengan hati yang telah dibebaskan, “telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat”. (Ibr 10.22).


Saling mendoakan adalah keharusan bagi sesama anak Tuhan, tetapi bergantung kepada doa orang lain, seolah-olah doa orang lain lebih didengar oleh Tuhan adalah salah. Doa adalah hak istimewa kita datang sendiri datang kepada Tuhan.

(bahan: Renungan Truth, 25 Mar 09)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Burung Undan dan Burung Ponggok

For Such A Worm Like I! - Bagi Cacing Seperti Saya